Anak yang dibiasakan dengan kebaikan dari kecil akan membesar
menjadi anak yang baik dan begitulah sebaliknya. Justeru, semua
bergantung kepada ibu bapa bagaimana untuk mewarnai peribadi anak
mereka.
Firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman. Peliharalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak menderhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Surah At Tahrim, ayat 6)
Saidina Ali berkata: “Ajarilah diri kamu dan keluarga kamu dengan kebaikan dan bimbinglah mereka.”
Pemimpin kepada anak
Ibu bapa adalah pemimpin kepada anak dan seandainya ibu bapa lalai menunaikan tanggungjawab itu, mereka akan dipersoalkan nanti. Oleh itu, walau seberat mana tugas mendidik anak, ia perlu dilaksanakan.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT akan bertanya pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah mensia-siakannya.” (Riwayat Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW menganjurkan kita bersikap adil dan memberi kasih sayang terhadap anak dengan mengajar mereka kebaikan. Rumah adalah sekolah pertama anak dan apa yang membentuk mereka ialah perkara yang dipelajari di rumah.
Keluarga, khususnya ibu bapa adalah unsur yang paling berpengaruh dalam membangun peribadi anak dan menanamkan tekad yang kuat dalam hatinya sejak usia kecil.
Al Zubair bin Al Awwam, salah seorang daripada anggota pasukan berkuda Rasulullah SAW yang dinyatakan oleh Umar ibnul Khattab dengan kata: “Seorang Zubair menandingi seribu lelaki.”
Al Zubair adalah seorang pemuda yang kukuh akidahnya, terpuji akhlaknya, tumbuh di bawah binaan ibunya, Shofiyah binti Abdul Mutalib (ibu saudara Rasulullah SAW dan saudara perempuan Hamzah)
Ali bin Abi Talib sejak kecil menemani Rasulullah SAW bahkan dipilih menjadi menantunya. Ia tumbuh sebagai seorang pemuda yang menjadi contoh teladan bagi para pemuda seusianya. Abdullah bin Ja'far pula adalah seorang bangsawan Arab yang terkenal kebaikannya, di bawah bimbingan ibunya Asma binti Umais.
Umar ibnu Abdul Aziz pada usianya yang masih kecil telah ditanya ibunya: “Apa yang membuatmu menangis? Dua menjawab: “Aku ingat mati.” Waktu itu dia telah menghafal al-Quran. Ibunya pun menangis mendengar perkataannya. Ini adalah berkat didikan dan penjagaan ibunya yang salihah.
Rindukan ucapan, kasih sayang
Sesungguhnya, anak-anak rindukan ucapan dan kasih sayang seorang ibu yang pandangannya jauh ke depan, seorang ibu yang arif serta bijaksana.
Antara langkah-langkah dasar dalam mendidik anak adalah mengajarkan tauhid yang mengesakan Allah. Mengajar mereka solat dan membiasakan berjemaah, mengajar mereka bersyukur kepada Allah, ibu bapa dan golongan lebih dewasa.
Mendidik anak taat kepada kedua-dua orang tua dalam hal yang bukan maksiat, menumbuhkan pada diri mereka sikap merasakan diri selalu diawasi Allah. Tidak meremehkan maksiat dan menanam pada jiwa mereka sikap tawaduk.
Firman Allah SWT: “Dan orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun daripada pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Surah Ath-Thuur, ayat 21)
Firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman. Peliharalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak menderhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Surah At Tahrim, ayat 6)
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT akan bertanya pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah mensia-siakannya.” (Riwayat Ibnu Hibban)
Pemimpin kepada anak
Ibu bapa adalah pemimpin kepada anak dan seandainya ibu bapa lalai menunaikan tanggungjawab itu, mereka akan dipersoalkan nanti. Oleh itu, walau seberat mana tugas mendidik anak, ia perlu dilaksanakan.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT akan bertanya pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah mensia-siakannya.” (Riwayat Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW menganjurkan kita bersikap adil dan memberi kasih sayang terhadap anak dengan mengajar mereka kebaikan. Rumah adalah sekolah pertama anak dan apa yang membentuk mereka ialah perkara yang dipelajari di rumah.
Keluarga, khususnya ibu bapa adalah unsur yang paling berpengaruh dalam membangun peribadi anak dan menanamkan tekad yang kuat dalam hatinya sejak usia kecil.
Al Zubair bin Al Awwam, salah seorang daripada anggota pasukan berkuda Rasulullah SAW yang dinyatakan oleh Umar ibnul Khattab dengan kata: “Seorang Zubair menandingi seribu lelaki.”
Al Zubair adalah seorang pemuda yang kukuh akidahnya, terpuji akhlaknya, tumbuh di bawah binaan ibunya, Shofiyah binti Abdul Mutalib (ibu saudara Rasulullah SAW dan saudara perempuan Hamzah)
Ali bin Abi Talib sejak kecil menemani Rasulullah SAW bahkan dipilih menjadi menantunya. Ia tumbuh sebagai seorang pemuda yang menjadi contoh teladan bagi para pemuda seusianya. Abdullah bin Ja'far pula adalah seorang bangsawan Arab yang terkenal kebaikannya, di bawah bimbingan ibunya Asma binti Umais.
Umar ibnu Abdul Aziz pada usianya yang masih kecil telah ditanya ibunya: “Apa yang membuatmu menangis? Dua menjawab: “Aku ingat mati.” Waktu itu dia telah menghafal al-Quran. Ibunya pun menangis mendengar perkataannya. Ini adalah berkat didikan dan penjagaan ibunya yang salihah.
Rindukan ucapan, kasih sayang
Sesungguhnya, anak-anak rindukan ucapan dan kasih sayang seorang ibu yang pandangannya jauh ke depan, seorang ibu yang arif serta bijaksana.
Antara langkah-langkah dasar dalam mendidik anak adalah mengajarkan tauhid yang mengesakan Allah. Mengajar mereka solat dan membiasakan berjemaah, mengajar mereka bersyukur kepada Allah, ibu bapa dan golongan lebih dewasa.
Mendidik anak taat kepada kedua-dua orang tua dalam hal yang bukan maksiat, menumbuhkan pada diri mereka sikap merasakan diri selalu diawasi Allah. Tidak meremehkan maksiat dan menanam pada jiwa mereka sikap tawaduk.
Firman Allah SWT: “Dan orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun daripada pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Surah Ath-Thuur, ayat 21)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan